Home > Ekonomi

IMF: Perang Ukraina Versus Rusia Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Global

Dibandingkan negara di Eropa, krisis perang di Ukraina tidak berdampak secara langsung bagi negara di Asia.
IMF Senior Resident Representative for Indonesia, James P Walsh.
IMF Senior Resident Representative for Indonesia, James P Walsh.

JAKARTA -- IMF Senior Resident Representative for Indonesia, James P Walsh menyinggung, perang di Ukraina melawan Rusia berdampak pada ekonomi global dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. "Saat ini adalah situasi yang sulit. Pandemi mulai surut namun ada krisis di Ukraina," kata Walsh saat memberikan kuliah umum kepada PPRA 63 dan 64 dengan tema “Indonesia’s Economic Resilience and Future Challenges” di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas, Jakarta Pusat, pada Senin (18/7/2022).

Dibandingkan negara-negara di Eropa, sambung dia, krisis perang di Ukraina tidak berdampak secara langsung bagi negara di Asia. Ekonomi di China misalnya, saat ini mulai perlahan-lahan lebih stabil. "Meskipun ke depannya ada tantangan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di masa krisis ini, tidak hanya China, tetapi juga Indonesia," ucap Walsh.

Meski demikian, perang Ukraina juga menyebabkan harga komoditas menjadi lebih tinggi. Misalnya, harga minyak goreng di Indonesia dan harga BBM di Filipina melambung. Hanya saja, pemerintah Indonesia berhasil menekan laju peningkatan harga BBM melalui pemberian subsidi. Menurut Walsh, hal itu masyarakat perlu menjaga daya beli agar pertumbuhan ekonomi juga dapat terjaga.

Di sisi lain, negara dengan penghasilan rendah juga mengalami kerugian yang sangat parah saat pandemi, khususnya pada sektor pariwisata. Kondisi itu diakibatkan oleh penutupan dan pembatasan perjalanan dalam waktu yang cukup lama. Tidak hanya itu saja, menurut Walsh, masih banyak negara yang masih berjuang dalam hal utang dan investasi untuk bisa menumbuhkan ekonomi kembali ke masa sebelum pandemi.

"Sebenarnya pertumbuhannya cukup baik sebelum pandemi, namun jatuh, terjun bebas setelah pandemi itu terjadi. Kami mencoba untuk pulih ke masa sebelum pandemi," ujar Walsh.

Dia melanjutkan, tren ekonomi global yang mulai surut akibat pandemi dapat pulih kembali melalui investasi. Beberapa negara telah melakukan hal tersebut dengan melakukan pinjaman ke Bank Dunia, sehingga pabrik-pabrik tetap bisa beroperasi selama pandemi terjadi. Bank Sentral meningkatkan bunga akibat inflasi yang cukup tinggi di negara maju. Sehingga, perusahaan di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia lebih sulit mengambil pinjaman dan peningkatan bunga tersebut dapat menekan inflasi.

Wakil Gubernur Lemhannas Letjen MS Fadhilah dalam sambutannya juga sependapat dengan pendapat James Walsh. Menurut Fadhilah, prospek ekonomi di Indonesia terlihat menjadi lebih baik. Namun, risiko tetap tinggi karena situasi keuangan global yang lebih ketat dan penyebaran varian Omicron, serta krisis geopolitik.

Hadir juga dalam kegiatan tersebut Pelaksana Tugas Gubernur Bank Indonesia tahun 2009 Miranda Swaray Goeltom, Sekretaris Utama Lemhannas Komjen Purwadi Arianto, Deputi Pendidikan Lemhannas Mayjen Sugeng Santoso, Deputi Pengkajian Lemhannas Prof Reni Mayerni, Deputi Kebangsaan Lemhannas Laksda TNI Edi Sucipto, Tenaga Profesional Ending Fadjar, dan para pejabat struktural Lemhannas.

× Image