DDII Jatim Mewisuda 34 Mahasantri yang Menguasai Sembilan Kompetensi
JAKARTA -- Keluarga Besar Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Timur (DDII Jatim) patut berbahagia. Pasalnya, DDII Jatim mewisuda 34 mahasantri yang terdiri 20 putra dan 14 putri di lapangan basket Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Jatim, Ponpes eLKISI Mojokerto pada Ahad (31/7/2022). Direktur ADI Jatim, Ustadz Hairul Warizin menerangkan, para mahasantri yang diwisuda telah lulus dari sembilan kompetensi.
"Mereka siap diterjunkan ke masyarakat untuk melaksanakan pengabdian dakwah selama satu tahun. Ada juga di antara mereka yang akan meneruskan jenjang studi ke Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah Mohammad Natsir di Jakarta," kata Hairul didampingi Wakil Direktur ADI Jatim Ustadz Ainur Rofiq dan Ustadz Arif Setyawan.
Hairul menjelaskan, sembilan kompetensi wajib yang harus dikuasai oleh para wisudawan adalah hafal Alquran minimal tiga juz, hafal hadist Arba'in dan sekitar 150 hadist pilihan (maudhui), kemampuan menjadi khatib dan imam sholat, tahsinul Quran, mengajarkan Alquran, keterampilan dalam thibbun Nabawi, perawatan jenazah, serta penguasaan seni bela diri.
Ketua DDII Jatim, KH Fathur Rohman menyatakan, setelah prosesi wisuda, para mahasantri tidak serta merta bisa mendapatkan predikat dai. Mereka masih harus ditempa lagi melalui proses berdakwah di masyarakat secara langsung. Fathur berharap, dengan penempaan itu para mahasantri mampu menjadi dai yang mampu mengamalkan ilmu dan memberikan pencerahan kepada umat.
"Kalian adalah generasi milenial pilihan yang menyeru ke jalan Allah. Jangan khawatir dengan masa depan, selalu optimistis dengan menyempurnakan ikhtiar serta menjaga ketakwaan dan menebar kebaikan," ucap Fathur.
Sementara itu, para dosen ADI Jatim juga telah menyeleksi dua mahasantri terbaik putra dan putri, yaitu Royhan Mufid Akbar dan Farah Atifah. Dalam pesan dan kesannya, Royhan Mufid Akbar mengatakan, belajar menghafal Alquran dan Hadits, adalah dua mata kuliah yang menantang.
"Karena harus fokus dan perlu waktu belajar yang panjang. Selain itu kami juga memperoleh pendidikan karakter, di mana setiap aktivitas kami selalu dipantau dan dinilai langsung oleh para dosen," ujar mahasantri asal Surabaya tersebut.
Kesan menarik juga disampaikan Farah Atifah yang menekankan kepada diri sendiri, terpilih menjadi mahasantri terbaik tidak boleh menjadikannya sombong dan berbangga diri. "Saya berharap hal ini akan menjadikan saya lebih mampu bermuhasabah mawas diri, dan lebih bersemangat lagi untuk menjadi lebih baik," tutur mahasantri asal Gresik tersebut.
Seorang wali mahasantri bernama Ubaidillah Fadhil merasa sangat berbahagia atas diwisudanya putri kesayangannya, Fayyaasyaz Zaahy. "Terima kasih ADI dan Dewan Dawah Jawa Timur yang telah berjerih payah menempa anak-anak kami. Semoga mereka bisa menjadi generasi penerus da'wah bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat," kata alumni Ponpes YTP Kertosono tersebut.
Adapun DDII Jatim memiliki program secara bertahap untuk mendidik dan menyiapkan 600 dai. Angka itu didapat dari satu kecamatan satu dai di Jatim.