Presiden Erdogan akan Bertemu Prabowo di Istana Bogor
JAKARTA -- Dubes RI untuk Turki, Achmad Rizal Purnama menyampaikan, kunjungan Presiden Recep Tayyib Erdogan ke Indonesia pada Selasa-Rabu (11-12/2/2025), bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral kedua negara dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan dan keislaman. Menurut dia, Erdogan akan bertemu Presiden Prabowo Subianto.
"Pak Erdogan mau datang tanggal 12 ini, mau ketemu Bapak Presiden Prabowo. Beliau juga mengatakan bisa ngobrol langsung dengan Pak Menteri, untuk nantinya menjadi basis kerja sama Indonesia-Turki ke depan. Insya Allah Pak Menteri nanti bersama dengan Bapak Presiden Prabowo nanti di Bogor," kata Rizal di kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2025).
Salah satu rencana kerja sama (MoU) yang diteken pemerintah RI dan Turki adalah bidang agama. Dia menyebut, MoU terkait kerja sama antara Kementerian Agama (Kemenag) RI dan pihak Turki sebagai langkah konkret dalam mempererat hubungan kedua negara.
"Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan Islam Indonesia dan Islam Turki dapat saling berkontribusi dalam mewarnai dunia dengan ajaran Islam yang moderat dan inklusif," ucap Rizal.
Dia pun menekankan pentingnya kerja sama strategis antara Indonesia dan Turki dalam menampilkan wajah Islam yang moderat kepada dunia. Rizal menilai, di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki memberikan ruang besar bagi nilai-nilai keislaman dalam kebijakan pemerintahannya.
"Oleh karena itu, kolaborasi dengan Indonesia menjadi penting untuk memperkuat posisi Islam yang moderat dan menghadapi isu global seperti Islamofobia," kata Rizal.
Sementara itu, Menag Prof KH Nasaruddin Umar mengaku, kunjungan Dubes Rizal untuk membahas persiapan kunjungan Presiden Erdogan ke Indonesia dan penguatan kerja sama Indonesia-Turki, khususnya dalam bidang keislaman dan pendidikan. Dia pun menyoroti tren peningkatan jumlah mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Turki.
"Volume mahasiswa Indonesia kuliah ke Turki tiga tahun terakhir kan makin banyak. Dan itu kebanyakan dari pondok pesantren. Nah MoU ini menjadi sangat penting supaya nanti ada dasar buat kami juga untuk mengirim mahasiswa kita lebih banyak. Kita membutuhkan payung hukum agar pengiriman mahasiswa ke Turki lebih terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan," ujar Nasaruddin.
Dia menyebut, metode pengajaran Islam modern yang dikembangkan di Turki bisa menjadi referensi bagi Indonesia. Hal itu mengingat kebutuhan akan khatib dan ulama yang memiliki basis pendidikan modern semakin meningkat.
"Kalau itu sudah ditanda tangani, pengiriman mahasiswa Indonesia ke Turki. Anak-anak itu, sekarang ini kalau kita provokasi orang tuanya, daripada ke Amerika, daripada ke Eropa, lebih baik ke Turki," ucap Nasaruddin.