Direktur BPIP Kutip Pesan Sukarno: Jas Merah, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah
SURABAYA -- Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP, Aris Heru Utomo menjadi pemateri acara bertajuk 'Penguatan Pembinaan Ideologi Pancasila Jejaring Panca Mandala (JPM) Provinsi Jawa Timur' di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Senin (25/7/2022). Di hadapan sekitar 200-an anggota JPM yang merupakan perwakilan dari provinsi dan seluruh kabupaten/kota di Jarim, Aris mengingatkan pesan Proklamator Ir Sukarno dalam pidato kenegaraan 17 Agustus 1966.
"Jas merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," ucap Aris di hadapan peserta. JPM merupakan forum yang diinisiasi oleh dan dari komponen masyarakat yang bersifat sukarela dan berdasar kesamaan tujuan anggota (komunitas/unsur/komponen masyarakat lainnya) untuk ikut berperan menanamkan nilai-nilai Pancasila di lingkungannya (provinsi dan kabupaten/kota). BPIP berharap, JPM diharapkan dapat terbentuk di seluruh provinsi dan kabupaten se-Indonesia.
Dia memaparkan betapa pentingnya membumikan Pancasila di ruang publik mulai dengan pengenalan kembali aspek historitas, kemudian konseptualitasnya, dan diakhiri dengan aktualitas Pancasila. Karena itu, materi yang disampaikannya berjudul Historisitas, Konseptualitas, dan Aktualitas.
"Pemahaman yang mendalam akan historisitas Bangsa Indonesia dan Pancasila akan membawa kita memahami konseptualitas nilai-nilai Pancasila dan fungsi pokok Pancasila. Pada gilirannya hal tersebut akan mengarah pada aktualitas Pancasila dalam bentuk norma-norma kehidupan nasional yang bersifat ideologis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara," ujar Aris.
Aris menyampaikan beberapa poin kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang pada dasarnya meliputi aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta pertahanan dan keamanan. Di bidang politik misalnya, penting untuk meyakini Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar negara, dan ideologi nasional bangsa Indonesia.
Adapun di bidang ekonomi, penting untuk meyakini bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif, merupakan modal dan milik bersama bangsa, karenanya penting untuk dikelola bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Di bidang sosial dan budaya, sambung dia, penting untuk meyakini kemajemukan bangsa dalam suku, agama maupun budaya dan asal keturunan merupakan modal dan milik bersama bangsa. Terakhir di bidang pertahanan dan keamanan, penting untuk memahami bahwa setiap ancaman merupakan ancaman terhadap segenap masyarakat dan negara.