Home > Mancanegara

Intelijen Korsel Ungkap Korut Kirim Banyak Pasukan Dukung Rusia

Presiden Volodymyr Zelenskyy memperkirakan warga Korut yang tewas atau terluka dalam peperangan di Kursk, Rusia mencapai 4.000 orang.
Bendera Korut berkibar tertiup angin yang terlihat dari Desa Kebebasan Taesungdong di dalam zona demiliterisasi (DMZ) di Paju, Korsel pada 24 April 2018. Sumber:Lee Jin-man/AP
Bendera Korut berkibar tertiup angin yang terlihat dari Desa Kebebasan Taesungdong di dalam zona demiliterisasi (DMZ) di Paju, Korsel pada 24 April 2018. Sumber:Lee Jin-man/AP

SEOUL -- Badan Intelijen Korea Selatan (Korsel) menilai, Korea Utara (Korut) telah mengirim lebih banyak tentara ke Rusia, setelah menderita banyak korban di garis depan perang di Ukraina, demikian dilaporkan media lokal. Badan Intelijen Nasional (NIS) Korsel mengatakan, Pyongyang mengerahkan kembali pasukan negaranya ke garis depan di wilayah Kursk, Rusia pada awal Februari 2025 setelah jeda selama sebulan.

"Tampaknya telah terjadi pengerahan pasukan tambahan, tetapi jumlahnya masih diperiksa," kata NIS seperti dikutip oleh Kantor Berita Yonhap dikutip Al Jazeera pada akhir pekan kemarin.

Penilaian NIS mengikuti analisis tahun lalu bahwa Pyongyang telah mengirim sekitar 11 ribu tentara ke Rusia dalam pengerahan awalnya untuk mendukung invasi Moskow ke wilayah Ukraina. Analis pertahanan telah menyatakan, pasukan Korut kemungkinan akan menjadi sasaran empuk serangan pesawat nirawak dan artileri Ukraina. Hal itu berpeluang terjadi karena kurangnya pengalaman tempur dan ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi dengan atasan mereka di Rusia.

Komandan Ukraina di lapangan juga melaporkan, pasukan Rusia telah menggunakan pasukan Korut untuk menjadi ujung tombak serangan dan memerintahkan mereka untuk bunuh diri daripada ditangkap. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperkirakan jumlah warga Korut yang tewas atau terluka dalam peperangan mencapai 4.000 orang.

Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah meningkatkan kerja sama militer mereka sejak mengadakan pertemuan puncak yang jarang terjadi di Pyongyang pada Juni 2023. Pada bulan November, Kim secara resmi meratifikasi perjanjian pertahanan bersama dengan Rusia yang mewajibkan kedua negara untuk memberikan bantuan militer segera dengan menggunakan "segala cara" yang diperlukan jika salah satu dari mereka menghadapi "agresi".

× Image