Keunggulan Jet Tempur J-10 Dibanding F-16: Dikirimkan Paket Lengkap

BEIJING -- Jet tempur multiperan Chengdu J-10, dengan cepat muncul sebagai pesaing F-16 buatan Amerika Serikat (AS). Hal itu setelah jet tempur yang dioperaikan Pakistan tersebut mampu menembak jatuh Dassault Rafale yang dioperasikan India.
Tidak seperti F-16 era Perang Dingin, yang selama beberapa dekade melambangkan pengaruh geopolitik AS di puluhan angkatan udara dari Irak hingga Taiwan, China mempromosikan J-10 sebagai bagian dari strategi yang lebih luas dengan memprioritaskan integrasi di seluruh sistem daripada peningkatan yang berpusat pada platform.
Menurut analis pertahanan China, jet tempur generasi keempat terebut tidak hanya meniru kemampuan performa pesawat tempur Barat yang canggih seperti F-16 Viper di berbagai bidang, seperti deteksi radar, keterlibatan di luar jangkauan visual, dan integrasi avionik. Sebaliknya, J-10 mewakili filosofi militer alternatif, yang menekankan otonomi dalam negeri dari rantai logistik dan struktur komando Barat.
Keputusan Angkatan Udara Pakistan (PAF) untuk memperoleh dan mengoperasikan jet J-10 menggarisbawahi perubahan tersebut. Dengan pembatasan AS pada peningkatan F-16 dan perubahan strategis untuk memasok India dengan varian jet F-21 eksklusif, Islamabad memandang tawaran Beijing sebagai sesuatu yang kompetitif secara teknis dan dapat diterima secara politis.
Tidak seperti penjualan senjata konvensional, di mana pesawat merupakan produk utama dan sistem pendukungnya bersifat tambahan, J-10 dikirimkan sebagai paket lengkap. Hal itu termasuk sistem komando dan kontrol terpadu, rangkaian rudal, dan komponen peperangan elektronik. Hal itu yang menjadi keunggulan jet tempur berjuluk Vigorous Dragon tersebut.
Model tawaran China seperti itu memungkinkan kesiapan operasional yang lebih cepat dan mengurangi ketergantungan pada ekosistem intelijen dan pemeliharaan yang dipimpin AS. Sistem penjualan tidak terlalu berfokus pada perangkat keras, tetapi lebih pada penerapan solusi siap tempur yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Yang lebih penting, kata Defence Blog pada Ahad (11/5/2025), model tersebut menandakan pendefinisian ulang tentang apa yang dimaksud dengan angkatan udara modern. Sementara doktrin Barat sering kali mengasumsikan pembangunan kelembagaan yang berkepanjangan selama satu dekade atau lebih, tawaran China mengusulkan pendekatan yang melampaui batas, terutama jika dipasangkan dengan platform seperti JF-17 Block III.
Bersama-sama, keduanya membentuk solusi kekuatan udara yang modular dan dapat diskalakan yang dapat diakses oleh militer tingkat menengah. Saat ini, J-10C bukan sekadar ekspor yang sukses. Hal itu menjadi tantangan China terhadap dominasi Barat dalam standar kekuatan udara dan upaya yang disengaja untuk menulis ulang pedoman operasional.