Home > Mancanegara

CEO Baykar Prediksi Jet Tempur Bisa Diganti Platform Drone

Turki melalui Baykar membantu Ukraina dengan memasok drone bersenjata ke negara itu mulai 2019, saat semua negara menolak.
CEO Baykar, Haluk Bayraktar. Sumber: Baykar
CEO Baykar, Haluk Bayraktar. Sumber: Baykar

ISTANBUL -- CEO Baykar Haluk Bayraktar dalam wawancara terbaru yang dipublikasikan The Atlantic Council pada 2 Juni 2025, menyampaikan, ada sekitar 13 ribu jet tempur di seluruh dunia, termasuk milik Rusia, China, dan Amerika Serikat (AS), jika digabungkan. "Kami yakin semua platform itu pada akhirnya akan menjadi pesawat tanpa awak, meskipun itu belum dapat dibuktikan," kata Haluk.

Namun, bidang ini jelas mengarah ke sana. Untuk lebih jelasnya, Haluk meyakini, jet tempur mungkin tidak akan tergantikan satu per satu. Mungkin diperlukan tiga sampai lima platform drone untuk menggantikan setiap jet tempur.

"Sistem tanpa awak akan ada di mana-mana, pesawat tempur, pesawat nirawak FPV, amunisi yang berkeliaran, di wilayah udara yang padat. Bagi negara-negara untuk mempertahankan diri, ini diperlukan, seperti membuat peluru," ucap Haluk.

Dia pun membocorkan kemampuan produksi Baykar yang bisa melayani pesanan cepat terhadap pelanggan potensial. Menurut dia, Baykar bisa mengirimkan pesanan 250 TB2 per tahun maupun 50 UCAV Akinci per tahun. Pun pabrikan juga sudah siap memproduksi seri terbaru drone, yaitu TB3 dan Kizilelma yang siap memasuki pasar dunia.

"Dan kami meningkatkannya saat TB3 dan Kizilelma mulai diproduksi. Kami tidak melihat Kizilelma sebagai wingman yang setia, meskipun dapat digunakan dengan pesawat tempur berawak. Kami membayangkannya beroperasi sendiri dengan sistem kendali armada," kata Haluk.

Baykar sudah menjual drone ke-38 negara di dunia, termasuk anggota NATO. Di antaranya, Polandia, Rumania, Kosovo, dan Kroasia. Pun drone tersebut digunakan militer, militer, penegakan hukum, dan lembaga bantuan bencana Turki. The Atlantic Council pun mengulas, satu lagi mitra di Eropa yang sudah menggunakan jasa drone Baykar, yaitu Ukraina.

"Ukraina adalah pelanggan ekspor pertama Baykar. Kerja sama kami dengan Ukraina membuka tingkat kerja sama yang strategis bagi kami. Kami telah bekerja dengan mereka sejak 2011, tetapi semuanya berubah dengan cepat setelah 2014," ucap Haluk.

Menurut dia, pada 2014, tidak ada negara atau perusahaan lain yang akan menjual drone bersenjata kepada Ukraina. Pun saat itu, Baykar belum memiliki sistem yang matang, tetapi sepakat untuk membantu.

"Mereka sangat membutuhkan, sangat membutuhkan, dan sedang mencari. Itu lebih dari 10 tahun yang lalu. Mereka juga tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan di tempat lain, jadi mereka datang ke Turki. Kepemimpinan Presiden (Recep Tayyip) Erdogan penting saat itu, karena ia menganggap Ukraina sebagai tetangga dan teman yang membutuhkan," kata Haluk.

Dengan dukungan pemerintah Turki, sambung dia, Baykar memasok drone bersenjata ke Ukraina mulai 2019, yang merupakan pemesanan pada 2018. Haluk mendapati, Ukraina sangat senang dengan produk Baykar dan itu menjadi momen sangat penting.

"Presiden (Volodymyr) Zelensky berkunjung pada bulan Agustus 2019 setelah menjabat. Atas permintaannya, kami sepakat untuk membangun pabrik di Ukraina. Ia memperoleh lebih banyak sistem, dan kami membahas kewajiban jenis offset," ujar Haluk.

Dia pun memberitahu Ukraina bahwa mereka memiliki mesin yang sangat bagus. Haluk pun berterus terang, Baykar mungkin dapat menemukan cara untuk menggunakan mesin buatan Motor Sich, yang memproduksi pesawat milik Ukraina untuk digunakan dalam platform drone.

"Jadi, kami menciptakan kerja sama yang efektif dengan Motor Sich dan lainnya. Dalam arti tertentu, Turki dan Ukraina adalah negara yang saling melengkapi. Ketika perang meningkat pada tahun 2022, kami melakukan yang terbaik untuk mendukung Ukraina," kata Haluk.

Dia pun mengingat kembali, kampanye penggalangan dana Eropa agar warga Benua Biru tersebut membeli drone TB2 Bayraktar atas nama Ukraina. Tetapi, Baykar tidak pernah menerima uang tersebut.

"Kami menyumbangkan platform tersebut, dengan memberikan lebih dari 110 juta dolar AS pendapatan yang tidak kami pilih untuk dihasilkan. Kami bukan pencari untung dari perang. Kami mengirimkan semua Bayraktar TB2 secara gratis sebagai bagian dari kampanye tersebut dan dana kampanye tersebut digunakan untuk bantuan kemanusiaan dan kebutuhan mendesak lainnya untuk mendukung Ukraina," ucap Haluk.

× Image