Presiden Pakistan Kunjungi Pabrik Produsen J-10 dan JF-17 di Chengdu

CHENGDU -- Presiden Pakistan Asif Ali Zardari menjadi pemimpin negara asing pertama yang mengunjungi pabrikan produsen pesawat militer terbesar di China. Hal itu menjanjikan hubungan industri pertahanan yang lebih kuat antara Islamabad dan Beijing, menurut kantor kepresidenan Pakistan.
Pada Ahad (14/9/2025), Zardari mengunjungi kompleks pesawat canggih milik raksasa kedirgantaraan dan pertahanan milik China, Aviation Industry Corporation of China (AVIC) di Chengdu. Dia meninjau lini produksi yang memproduksi jet tempur J-10C yang memainkan peran penting selama konfrontasi militer India-Pakistan pada Mei lalu.
Hal itu adalah pertama kalinya seorang pemimpin asing mengunjungi kompleks pesawat AVIC, sebuah tanda kerja sama industri pertahanan yang lebih erat antara kedua negara.
"Presiden Asif Ali Zardari menjadi kepala negara asing pertama yang mengunjungi kompleks pesawat AVIC China di Chengdu. Dia memuji peran J-10 dan JF-17 dalam memperkuat PAF (Angkatan Udara Pakistan) dan memuji AVIC sebagai simbol kemajuan teknologi China dan kemitraan strategis (Pakistan)-China," demikian pernyataan kantor tersebut di akun media sosial.
Selama kunjungan tersebut, Zardari bertemu dengan para insinyur dan ilmuwan AVIC dan mendapatkan pengarahan tentang kemampuan canggih perusahaan tersebut. Kemampuan tersebut meliputi pesawat tempur, seperti J-10 dan JF-17 yang diproduksi bersama dengan Pakistan, serta pesawat tempur siluman generasi kelima J-20, dan kemampuan lain termasuk kendaraan udara nirawak.
"Dia menegaskan kembali bahwa kedua negara akan terus memperluas kolaborasi dalam produksi pertahanan dan penerbangan, yang selanjutnya akan memperdalam kemitraan kerja sama strategis segala cuaca mereka," tambah kantor tersebut dikutip dari SCMP, Ahad (21/9/2025).
Kunjungan Zardari ke kompleks AVIC terjadi di tengah upaya China dan Pakistan untuk meningkatkan hubungan industri pertahanan mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Pakistan adalah importir senjata China terbesar, menyumbang 63 persen dari ekspor senjata global China antara tahun 2020 dan 2024, menurut basis data transfer senjata global yang disusun oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Pada periode tersebut, impor senjata Pakistan dari China mencakup jet tempur canggih, rudal, radar, dan sistem pertahanan udara, yang mencapai 81 persen dari seluruh senjata impor Islamabad, menurut SIPRI. Angkatan Udara Pakistan diketahui mengoperasikan 36 pesawat tempur J-10C dan 161 JF-17.
China juga dilaporkan telah menawarkan untuk menjual jet tempur generasi kelima keduanya, J-35 kepada Pakistan, menurut pengumuman pemerintah Pakistan yang diunggah daring pada bulan Juni. Selama konfrontasi empat hari dengan India di dekat wilayah Kashmir pada Mei lalu, Islamabad mengeklaim bahwa jet J-10C-nya telah menembak jatuh enam jet tempur India, termasuk tiga Rafale generasi 4,5 buatan Prancis.
Hal itu menandai rekor pembunuhan udara-ke-udara pertama yang diketahui oleh jet tempur China tersebut dalam pertempuran langsung, sekaligus kerugian tempur pertama pesawat Rafale. Klaim tersebut kemudian diakui oleh New Delhi, meskipun tidak merinci jumlah kerugiannya.
JF-17 adalah jet tempur generasi keempat yang mulai beroperasi di angkatan udara Pakistan pada 2008. Jet itu dikembangkan bersama oleh Chengdu Aircraft Corporation (CAC) China dan Kompleks Aeronautika Pakistan.
Selama bentrokan Kashmir pada bulan Mei, JF-17 juga dilaporkan dikerahkan dalam pertempuran. India mengeklaim, telah menembak jatuh salah satu pesawat tempur JF-17 Pakistan, tetapi Pakistan mengatakan tidak ada satu pun jet tempurnya yang terdampak selama konfrontasi militer tersebut.