Raja Yordania: Rakyat Gaza Menderita Kematian Melebihi Konflik Apa Pun
AMMAN -- Raja Yordania Abdullah II mengatakan, rakyat Gaza menderita kematian dan kehancuran yang jauh melebihi konflik apa pun selama lebih dari 20 tahun. "Momok kelaparan tampak besar. Trauma selalu ada, dan dampaknya akan tetap ada selama beberapa generasi. Dan setiap sudut Gaza dirusak oleh kehancuran," kata Raja Abdulah di Amman, Yordania, Selasa (11/6/2024).
Hal ini disampaikan Raja Salman pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 'Call for Action: Urgent Humanitarian Response for Gaza' di hadapan Putra Mahkota Hussein, yang diadakan di Laut Mati, Yordania, Selasa. Kegiatan itu diinisiasi Raja Abdullah II, Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi, dan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Dilaporkan Jordan Times, menurut Abdullah, respons kemanusiaan internasional di Gaza sangat kurang. Pun pengiriman bantuan menghadapi kendala di setiap tingkatan. Menurut dia, akses kemanusiaan tidak bisa menunggu gencatan senjata dan tidak bisa tunduk pada agenda politik pihak mana pun.
Abdullah memperingatkan, tanpa tindakan dari semua pihak yang hadir pada KTT, ketegangan di Tepi Barat, Palestina dapat meningkat menjadi konflik yang lebih besar dan akan meninggalkan dampak yang jauh lebih buruk di wilayah tersebut. "Saat ini kita berada pada titik kritis dalam sejarah umat manusia. Kesadaran kolektif kita sedang diuji dengan bencana yang terjadi di Gaza. Kemanusiaan kita sedang dipertaruhkan."
KTT yang berlangsung di Pusat Konvensi Raja Hussein Bin Talal di Laut Mati berupaya mengidentifikasi cara untuk meningkatkan respons komunitas internasional terhadap bencana kemanusiaan di Jalur Gaza. "Kami tidak bisa meninggalkan Gaza. Ini harus menjadi prioritas semua orang. Sejarah akan menilai kita dari tindakan kita. Ini adalah ujian kemanusiaan dan ketulusan kita," kata Abdullah di acara yang dihadiri Presiden Terpilih RI Prabowo Subianto tersebut.