Presiden Mesir Salahkan Israel Atas Krisis Kemanusiaan di Gaza
AMMAN -- Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi menegaskan, tanggung jawab atas krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza, Palestina, terletak langsung di pihak Israel. Mesir memiliki Gerbang Rafah yang berbatasan dengan Israel, yang menjadi tempat pelarian rakyat Gaza kala dibombardir militer Zionis.
"Ini adalah produk yang disengaja dari perang balas dendam yang merusak terhadap Jalur (Gaza), rakyatnya, infrastruktur dan sistem medisnya yang menggunakan senjata kelaparan," kata Al Sisi saat berpidato di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 'Call for Action: Urgent Humanitarian Response for Gaza' yang berlangsung di Laut Mati, Amman, Yordania, Selasa (11/6/2024).
Dikutip dari Jordan Times, Al Sisi menunjukkan pengepungan yang diberlakukan di Gaza, yang membuat sektor tersebut tidak dapat dijalankan dan “menggusur secara paksa penduduknya dari tanah mereka tanpa sedikit pun kepedulian atau penghormatan terhadap konvensi internasional atau standar moral kemanusiaan”.
Al Sisi pun menyerukan perdamaian berkelanjutan dan penghentian segera tembakan di Gaza serta pembebasan segera semua sandera. "Kami juga menyerukan penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional yang diberlakukan untuk melindungi warga sipil dan menahan diri untuk tidak menargetkan infrastruktur, pegawai PBB, dan pekerja di sektor medis dan jasa di Jalur Gaza," kata Al Sisi.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengatakan, sudah delapan bulan penderitaan tanpa henti dirasakan warga sipil Palestina di Gaza.
"Kecepatan dan skala pembantaian dan pembunuhan di Gaza melampaui apa pun selama saya menjabat sebagai sekretaris jenderal," kata Guterres dalam pidato pembukaannya.
Setidaknya 1,7 juta orang atau sekitar 75 persen populasi Gaza, telah mengungsi. Menurut Guterres, angja itu berkali-kali lipat akibat serangan militer Israel ke wilayah Gaza. "Tidak ada tempat yang aman. Kondisinya menyedihkan. Situasi kesehatan masyarakat sudah melampaui tingkat krisis," ucap Guterres.
Dia memperingatkan, rumah sakit di Gaza berada dalam reruntuhan dan pasokan medis serta bahan bakar langka atau tidak ada sama sekali. Kondisi itu jelas membuat miris.
"Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza tidak memiliki cukup air minum bersih dan menghadapi kelaparan yang parah. Lebih dari 50 ribu anak memerlukan pengobatan karena kekurangan gizi akut," kata Guterres.