Home > Mancanegara

AS Tawarkan Turki F-35 dengan Kompensasi Serahkan Sistem S-400

Muncul kabar jika Turki mau menyerahkan sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia ke AS maka negara tersebut dilibatkan proyek jet F-35.
Sistem pertahanan udara S-400 produksi Rusia yang dibeli Turki. Sumber: Seputarmiliter.id
Sistem pertahanan udara S-400 produksi Rusia yang dibeli Turki. Sumber: Seputarmiliter.id

ANKARA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov pada Sabtu (28/9/20240, menolak kemungkinan Turki menyerahkan sistem pertahanan udara S-400 yang dibeli dari negeri Beruang Merah ke Amerika Serikat (AS). Surat kabar Yunani, Ekathimerini melaporkan, pejabat senior AS mengusulkan kepada Turki pada Juli 2024, untuk menyerahkan S-400 ke AS atau mentransfernya ke sektor yang dikendalikan AS di Pangkalan Udara Incirlik, Turki.

Penyerahan teknologi pertahanan udara itu akan berkonsekuensi Turki dilibatkan lagi dalam kesepakatan F-35. Sebelumnya, AS menendang Turki dari proyek pengembangan jet F-35 setelah membeli S-400 dari Rusia.

Sergey Lavrov mengatakan, pembelian yang dilakukan Turki pada 2017, mencakup sertifikat pengguna akhir yang melarang penjualan sistem tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan Moskow. Lavrov menanggapi laporan bahwa Washington mengusulkan kepada Ankara untuk menyerahkan kendali sistem tersebut ke AS agar Turki dapat dimasukkan kembali dalam program F-35.

"Kontrak senjata mengandung paragraf sertifikat pengguna akhir," TASS mengutip pernyataannya di sela-sela sesi ke-79 Sidang Umum PBB.

"Untuk melakukan sesuatu yang lain dengan produk yang diserahkan berdasarkan sertifikat seperti itu, yang menyebutkan negara penerima senjata ini sebagai pengguna akhir, diperlukan persetujuan dari negara yang menjual senjata tersebut," kata Lavrov sebagaimana dilaporkan Thedefensepost.

Ekathimerini mengutip sejumlah sumber menyampaikan, Ankara menolak rencana AS itu, tetapi tidak sepenuhnya menolaknya. "Rekan-rekan Turki mereka menolak dan membalas bahwa mereka hanya akan menyimpannya di dalam kotak di dalam Turki," kata outlet tersebut mengutip Michael Rubin, senior fellow di American Enterprise Institute dan mantan pejabat Pentagon.

"Namun, kesepakatan tersebut belum mati, karena penghidupan kembali kesepakatan F-35 akan ada dalam agenda bagi Amerika Serikat dan Turki saat para pemimpin dan pejabat keamanan bertemu minggu depan di Sidang Umum PBB."

Beberapa hari setelah berita dari Yunani muncul, sumber di Kementerian Pertahanan Turki menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal perkembangan tersebut. Mereka menyatakan, posisi Ankara mengenai masalah ini tetap tidak berubah.

"Saat ini, tidak ada perubahan dalam sikap kedua negara mengenai S-400 dan F-35. Kami selalu menyatakan bahwa tidak benar bagi sekutu untuk memberlakukan pembatasan atau sanksi satu sama lain dan bahwa hal ini tidak sesuai dengan semangat aliansi (NATO)," kutip sumber dari surat kabar Yunani tersebut.

"Harapan kami adalah bahwa sekutu kami akan mengambil keputusan yang sesuai dengan semangat aliansi dan perspektif keamanan bersama serta bahwa semua pembatasan, baik tersembunyi maupun terbuka, akan dihapuskan."

× Image