Presiden Erdogan Sambut Kunjungan Bersejarah Sultan Oman
ANKARA -- Presiden Recep Tayyip Erdogan menyambut Sultan Haitham bin Tariq dari Oman di Bandara Esenboga, Ankara, Kamis (28/11/2024). Kunjungan Sultan Haitham selama di Turki mencakup pertemuan empat mata dan pembicaraan di tingkat delegasi dengan Erdoğan, diikuti oleh upacara penandatanganan perjanjian.
Hubungan pertama antara Turki dan Oman dimulai pada abad ke-11 dan berkembang pesat selama periode Kekaisaran Ottoman, yang berlangsung dari abad ke-14 hingga awal 1900-an, dengan korespondensi penuh penghargaan antara para pemimpin kedua belah pihak. Oman merupakan pusat penting perdagangan, yang menarik perhatian Kekaisaran Ottoman.
Kedua pihak menjalin hubungan "di semua aspek," termasuk hubungan dagang, serta "kerja sama militer untuk mengamankan jalur perdagangan" dari Afrika dan Timur Jauh.
"Tak diragukan lagi, kunjungan pertama dari Oman ke Türkiye di tingkat kepala negara memiliki makna sejarah yang besar," ujar Duta Besar Turki untuk Muscat di Oman, Hekimoglu kepada Anadolu Agency (AA) menjelang kunjungan resmi Sultan Haitham bin Tariq.
Kedua pihak juga memberikan dukungan militer yang signifikan satu sama lain terhadap ancaman di wilayah tersebut. Meski hubungan politik dan diplomatik tetap kuat setelah Republik Turki dideklarasikan pada 1923, perkembanga relasi keduanya relatif lambat karena jarak yang memisahkan.
Baru-baru ini, Erdoğan dan Sultan Haitham menyampaikan niat baik mereka melalui panggilan telepon selama dua tahun terakhir. Pada 2010, Presiden Turki Abdullah Gul, mengunjungi Oman. Begitu juga Erdoğan pada 2005, saat masih menjabat sebagai perdana menteri.
Menurut Dubes Muhammet Hekimoglu, kunjungan tersebut memiliki makna sejarah karena merupakan kunjungan pertama oleh seorang Sultan Oman. "Beliau (Erdoğan) menyampaikan hal ini kepada Sultan Haitham dalam berbagai kesempatan, termasuk melalui percakapan telepon, dan mengundangnya," katanya.
Menyoroti bahwa kunjungan itu juga sangat penting bagi Oman, Hekimoglu menjelaskan, selain hubungan politik, militer, dan komersial, Dinasti al-Busaidi, yang telah memerintah Oman selama hampir tiga abad, sangat menghargai hubungan kekerabatan mereka dengan bangsa Turki.
Dia menjelaskan, nenek Sultan Oman adalah orang Turki dan ayahnya pernah menempuh pendidikan di sebuah sekolah Inggris di Istanbul hingga usia enam tahun. Hekimoglu menambahkan, hubungan sejarah tersebut telah didokumentasikan dalam arsip pemerintah Turki.