Menlu Fidan Ungkap Baykar Diminta Bangun Pabrik di AS

NEW YORK -- Para pejabat Amerika Serikat (AS) telah mengajukan permintaan kepada produsen drone Turki, Baykar, untuk membuka fasilitas produksi di negeri Paman Sam. Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Hakan Fidan menekankan pentingnya pertukaran teknologi dan pertahanan dua arah, serta kemampuan Ankara sendiri.
"Beberapa hari yang lalu, saya menghadiri sebuah pertemuan dan ada permintaan serta acara di sana terkait teknologi yang diproduksi oleh Baykar, yang kemungkinan akan menjadi area produksi di AS, dan AS dapat memperoleh manfaat dari teknologi canggih ini di Turki," ujar Fidan kepada para wartawan di Turkish House (Turkevi), New York, AS, Sabtu (27/9/2025).
Mengenai sanksi Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) yang dijatuhkan AS terhadap Turki, Fidan menyatakan, adanya batasan hukum antara dua sekutu NATO yang mencegah mereka menerima apa pun dari satu sama lain merupakan "masalah sistemik yang besar." Pernyataan Fidan muncul menyusul perundingan tingkat tinggi dan pertemuan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, baru-baru ini.
Menjelang pertemuan dengan Trump, Erdoaan kembali menegaskan seruannya untuk mencabut pembatasan kerja sama industri pertahanan dengan AS. Selama masa jabatan pertama Trump, AS mengeluarkan Turki, sekutu NATO, dari program pengembangan jet tempur F-35 andalannya, setelah Ankara membeli sistem pertahanan udara Rusia.
Menyebut bahwa isu-isu teknis terkait jet tempur F-35 dan KAAN sedang dibahas di Kongres AS, Fidan mengatakan, "keterbatasan sistemik dalam hubungan kita dengan AS pasti akan mendorong kita untuk mengambil pendekatan yang berbeda dalam sistem internasional." "Kami sudah mengembangkan kapabilitas kami sendiri," ujar Fidan.
Meski begitu, ia menekankan, tidak ada negara yang mandiri dengan kapabilitasnya sendiri. Oleh karena itu, negara-negara tersebut diharuskan memiliki budaya aliansi dan ekosistem industri pertahanan.
Turki yang memiliki angkatan darat terbesar kedua di NATO, telah mengembangkan kapabilitas domestik di sektor pertahanan selama bertahun-tahun dengan memproduksi berbagai sistem dan platform, termasuk drone Bayraktar yang terkenal di dunia, buatan Baykar.
Drone-drone itu telah membuktikan kemampuannya di medan perang dan telah diekspor ke puluhan negara di seluruh dunia. Fidan menyatakan, dalam sebuah pertemuan yang dihadirinya bahwa para pejabat AS meminta agar teknologi yang diproduksi oleh Baykar dapat berfungsi sebagai area produksi bagi AS, sehingga Turki dapat memperoleh manfaat dari teknologi canggih tersebut.
Daily Sabah melaporkan, CAATSA bukanlah isu unilateral tetapi kini berkembang menjadi isu bilateral, menyusul perkembangan kapabilitas Turki sendiri. "Isu yang kami khawatirkan adalah adanya batasan dan pembatasan antara kedua negara," ucap Fidan yang ikut pertemuan Erdogan dan Trump.
Mengenai pertemuan Trump dan Erdogan, Fidan mengatakan, "Seperti yang telah saya nyatakan secara umum, ini adalah pertemuan yang sangat baik dengan hasil yang konkret. Bagaimanapun, para pemimpin perlu bertemu secara berkala."
Dia juga mencatat, terdapat kebijakan yang sedang berlangsung antara kedua negara di berbagai bidang seperti perdagangan, teknologi, pendidikan, pertahanan, kebijakan luar negeri, dan isu-isu regional. Fidan menambahkan, para birokrat, pengusaha, dan menterilah yang mendorong proses itu, tetapi hal itu dimungkinkan oleh kemauan para pemimpin terpilih di tingkat atas.