Mengenal Figur Mayjen Soenarko dan Letjen Suharto yang Demo di KPU
JAKARTA -- Kubu pendukung pasangan nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar (Amin) juga didukung purnawirawan TNI pada Pemilu 2024. Mereka menunjukkan ketidakpuasan atas hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, yang dimenangkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Selain Ketua Timnas Amin, Marsekal Madya (Marsdya) Muhammad Syaugi Alaydrus, ada sosok dua purnawirawan yang mencuri perhatian publik selama ini. Keduanya bahkan turun langsung demo di samping kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (19/3/2024). Mereka menuding ada kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Keduanya adalah Mayjen (Purn) Soenarko dan Letjen Mar (Purn) Suharto. Jabatan keduanya kala berkarier di TNI AD dan TNI AL tidak main-main. Soenarko pernah menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) pada 2007-2008. Abiturien Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) atau sekarang Akademi Militer (Akmil) 1979 ini mulai awal berdinas di satuan Kopassus.
Pernah menjadi Panglima Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda pada 2008-2009, Soenarko mengakhiri jabatan di TNI AD sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Danpussenif) pada 2009-2010. Kala itu, Danpussenif masih dijabat bintang dua. Kini setelah validasi organisasi, Danpussenif diduduki bintang tiga atau letnan jenderal (letjen).
Adapun Suharto merupakan Komandan Korps Marinir (Dankormar) pada 1998 ketika terjadi kerusuhan di Jakarta. Sama seperti Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subinato, Suharto merupakan alumnus Akabri atau sekarang Akademi Angkatan Laut (AAL) 1974.
Suharto cukup lama menjadi Dankormar pada 1996-1999. Sebelumnya, ia menjadi Wakil Gubernur AAL pada 1995-1996. Karier Suharto mencapai puncak ketika promosi menjabat Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan dan Keamanan (Irjen Dephankam) pada 1999. Di jabatan yang sekarang bernama Irjen Kementerian Pertahanan (Kemenhan) ini, pangkat Suharto naik bintang tiga.
Dalam orasinya ketika turun ke jalan, Suharto mengeklaim, masyarakat di luar negeri memenangkan pasangan Anies-Muhaimin. Padahal, dari hasil rekapitulasi KPU RI, Prabowo-Gibran unggul di 127 panitia pemilih luar negeri (PPLN).
"Kita lihat hasil pemilu di luar, itu yang betul. Karena orang luar tidak mau bermain kotor seperti ini. Kita lihat ada sembilan negara, ada Amerika, ada Malaysia, dan lain, semua tidak ada yang memenangkan kosong dua, karena apa? karena orang luar sadar kalau mereka tidak akan memilih orang yang punya pelanggaran HAM, tidak akan memilih pelanggar konstitusi kita, jadi sangat aneh kalau ada anak pasang popok sendiri saja mau dijadikan wapres," kata Suharto.