Cerita Jenderal Wiranto Ceramah di Depan Jenderal Junta Myanmar
JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Jenderal (Purn) Wiranto mengaku, pernah memberi ceramah di hadapan para jenderal junta Myanmar. Wiranto datang mewakili pemerintah RI atas undangan resmi pemerintah Myanmar di bawah Aung San Suu Kyi.
Wiranto mengaku, berceramah di depan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing dan jajaran. Dia bercerita tentang transisi dan transformasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) hingga berubah menjadi TNI dan Polri. Atas amanat reformasi 1998, kata dia, ABRI menarik diri dari politik sehingga tidak ada lagi Fraksi TNI-Polri di DPR.
"Saya berbagi pengalaman tentang keberhasilan ABRI akibat tuntutan reformasi kala itu, hingga tidak lagi terlibat dalam politik praktis alias kembali ke barak," ucap Wiranto kepada Seputar Militer di kantornya kawasan Blok S, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Mantan Panglima ABRI tersebut berbagi kisah sukses ABRI tidak lagi ikut berpolitik kepada para pimpinan militer Myanmar di Naypyidaw pada awal 2021. Usai berpidato, Wiranto pun diantar pulang dan dikawal sampai di depan pesawat di bandara. Dia masih ingat, para jenderal Myanmar sangat menyambutnya dan melepas kepergiannya untuk kembali ke Tanah Air dengan penuh antusias.
"Eh, lha tidak lama kemudian setelah saya pulang dari memberi ceramah itu, terjadi kudeta di Myanmar," kata Wiranto yang mengaku kaget dengan keadaan itu. Adapun kudeta itu dilakukan junta militer dengan menangkap Pemimpin Myanmar (State Counsellor) Aung San Suu Kyi bersama Presiden Myanmar Win Myint serta para pemimpin sipil lainnya pada Senin (1/2/2021).
Sejak itu pula, pemerintahan sipil di Myanmar berakhir. Adapun Jenderal Min Aung Hlaing kemudian mulai memegang kekuasaan dengan menjadi Perdana Menteri Myanmar pada 1 Agustus 2021 hingga kini.
Wiranto merasa sedih dengan kondisi seperti itu. Dia ketika berceramah berharap, Myanmar bisa terus menjadi negara demokratis meniru Indonesia. Namun, yang terjadi militer masih ingin berkuasa. "Di sinilah hebatnya TNI kita yang mau menarik diri dari dunia politik," kata Wiranto.