Home > Mancanegara

Israel Dilaporkan Pasok Senjata Buatan Uni Sovyet ke Ukraina

Dubes Israel untuk Ukraina, Michael Brodsky membantah klaim negaranya, mentransfer senjata buatan Rusia atau Uni Sovyet yang disita di Lebanon ke Ukraina.
Pesawat Boeing C-17 milik Angkatan Udara AS terbang dari Israel ke Polandia. Sumber: Defence Blog
Pesawat Boeing C-17 milik Angkatan Udara AS terbang dari Israel ke Polandia. Sumber: Defence Blog

KIEV -- Israel mungkin telah memulai proses memasok Ukraina dengan senjata buatan Rusia dan Uni Soviet yang disita selama operasi militer di Lebanon. Hal itu dilaporkan oleh publikasi pertahanan Ukraina Militarnyi, mengutip proyek OSINTdefender, yang mengungkap bukti penerbangan transportasi Angkatan Udara AS C-17 Globemaster III dari Israel ke Polandia.

Menurut laporan tersebut, pesawat Boeing C-17 awalnya berangkat dari Pangkalan Udara Ramstein di Jerman dan berhenti di Pangkalan Udara Hatzerim Israel. Kemudian, pesawat angkut tersebut melanjutkan perjalanan ke Kota Rzeszów di Polandia. Rzeszów berfungsi sebagai pusat logistik utama untuk bantuan militer yang ditujukan ke Ukraina. Kapasitas satu pesawat C-17 untuk membawa hingga 77 ton kargo menunjukkan potensi transfer besar senjata antitank dan senjata lainnya, beserta amunisi.

Pada 21 Januari 2025, Wakil Menteri Luar Negeri Israel Sharon Haskel mengusulkan untuk memasok Ukraina dengan senjata buatan Rusia yang disita. Usulan tersebut secara khusus merujuk pada senjata yang disita di Lebanon dan dari musuh Israel lainnya.

Pada Juni 2024, dilaporkan pula, diskusi sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS), Israel, dan Ukraina mengenai transfer sistem pertahanan udara Patriot yang dinonaktifkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Pada awal November 2024, Militarnyi melaporkan, selama operasi di Lebanon selatan, pasukan Israel menyita persediaan besar senjata dan amunisi buatan Uni Soviet dan Rusia dari para pejuang Hizbullah.

Awalnya, ada rencana untuk membuang senjata yang disita. Namun, keputusan kemudian dibuat untuk mengangkutnya ke Israel. Di antara bahan-bahan yang disita adalah peluncur peluru kendali anti-tank (ATGM), granat berpeluncur roket (RPG), dan berbagai alat peledak.

Analis militer Yigal Levin merinci bahwa lebih dari 85 ribu item senjata, amunisi, dan peralatan dibawa dari Lebanon ke Israel. Inventaris tersebut meliputi sekitar: 6.840 sistem ATGM, RPG, dan peluncur granat; 9.000 alat peledak; 2.250 roket dan peluru artileri; 2.700 unit senjata ringan; 60 rudal pertahanan udara permukaan-ke-udara dan portabel; 300 teropong dan peralatan observasi.

Tidak semua peralatan yang disita berasal dari Soviet atau Rusia. Sebagian besar diproduksi di negara-negara seperti Iran, Korea Utara, China, dan lainnya. Potensi pemindahan senjata ke Ukraina akan menandai perubahan penting dalam peran Israel dalam konflik yang sedang berlangsung.

Pasalnya, sebelumnya Israel menahan diri untuk tidak secara langsung memasok bantuan mematikan. Sebaliknya, Israel terutama membatasi dukungannya pada bantuan kemanusiaan dan bantuan militer nonmematikan.

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk Ukraina, Michael Brodsky telah membantah klaim bahwa negaranya bermaksud mentransfer senjata buatan Rusia yang disita di Lebanon ke Ukraina. Dalam wawancara dengan Radio Svoboda, Brodsky mengklarifikasi, laporan tersebut berasal dari miskomunikasi dan bahwa tidak ada inisiatif berkelanjutan dari Israel untuk memfasilitasi transfer tersebut.

"Saya mungkin akan mengecewakan Anda, tetapi ini bukan inisiatif Israel. Tampaknya ada miskomunikasi di sini. Seseorang pasti telah salah memahami sesuatu," kata Brodsky, merujuk pada laporan sebelumnya diwartakan Blog Defence.

× Image